Jamur Ganoderma Ancaman Serius bagi Kelapa Sawit: Temuan & Rekomendasi

Kenali sejak dini infeksi jamur Ganoderma

BeniSubianto.web.id - Tanpa banyak sorotan, jamur Ganoderma boninense — penyebab penyakit Basal Stem Rot (BPB) — terus menjadi momok bagi perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa jamur ini bukan hanya menyerang pohon tua, melainkan kini juga banyak ditemukan menyerang bibit dan tanaman muda.

Sejumlah praktisi lapangan menyebut Ganoderma sebagai “penyakit senyap” karena gejalanya sulit terdeteksi pada fase awal, namun dampaknya bisa sangat besar ketika sudah berkembang.

Ganoderma menyerang melalui akar, lalu merambat ke bagian dalam batang hingga membuat jaringan kayu membusuk dari dalam. Tanaman yang tampak sehat dari luar, sering kali sudah rusak parah di bagian dalam batang.

“Ketika jamur sudah terlihat muncul di pangkal batang, itu artinya infeksi telah berlangsung lama,” kata seorang pengawas kebun di Sumatera yang enggan disebutkan namanya.

Jamur ini biasanya terlihat dalam bentuk kipas berwarna cokelat tua dengan permukaan mengkilap di bagian pangkal batang.

Bukti Ilmiah: Ganoderma adalah Penyebab Utama BPB/USR

Studi di Sumatra oleh para peneliti membuktikan bahwa pada kasus Busuk Pangkal Batang maupun Busuk Batang Atas (Upper Stem Rot), tubuh buah jamur yang diambil dari pohon sakit semuanya dikonfirmasi sebagai Ganoderma boninense lewat tes molekuler.

Penelitian monitoring terbaru menunjukkan bahwa Ganoderma sekarang bisa menyerang kebun pada umur jauh lebih muda dibanding masa lalu — bukan hanya 25–30 tahun, tapi kini kasus dilaporkan pada kebun berumur 10–15 tahun atau bahkan pada bibit.

Implikasinya: risiko BPB/USR bukan hanya untuk kebun lama, tapi juga kebun baru dan bibitan — jadi kewaspadaan industri tak bisa ditunda.

Dampak & Tantangan: Produksi & Kelangsungan Kebun Terancam

Serangan Ganoderma tidak hanya merusak tanaman, tetapi juga menggerus produktivitas kebun secara bertahap. Pohon yang terinfeksi mengalami penurunan produksi, pertumbuhan terhambat, hingga mati mendadak, sehingga memicu meningkatnya biaya perawatan dan tanam ulang.

Dalam jangka panjang, wabah yang tidak terkendali berpotensi menurunkan nilai ekonomi kebun dan mengancam keberlanjutan usaha perkebunan sawit. Tanpa pengelolaan terpadu, Ganoderma dapat berubah dari sekadar penyakit tanaman menjadi krisis produksi.

Serangan Ganoderma menyebabkan:

  1. Pertumbuhan terhambat, daun menguning, tajuk mengecil.
  2. Kerusakan pangkal batang, batang melemah, risiko roboh atau mati mendadak.
  3. Penurunan drastis produktivitas dan umur ekonomis kebun.

Karena belum ada metode kimia atau obat ampuh yang terbukti menyembuhkan pohon yang sudah terinfeksi berat, BPB/USR sering berujung pada tanam ulang dengan biaya tinggi atau bahkan kehilangan lahan produktif.

Ilustrasi batang sawit yang ter-jangkit Jamur Ganoderma (credit Ditjenbun Medan )

Riset Terbaru: Biokontrol & Praktik Budidaya sebagai Solusi

Meski belum ada “obat mujarab” untuk membasmi tuntas Ganoderma, akan tetapi sejumlah penelitian melepas senjata ofensif untuk mencegah penyebarannya dengan beberapa teknik:

  • Trichoderma sp. + mikoriza: Kombinasi ini terbukti efektif dalam menekan kejadian BPB pada bibit kelapa sawit. Dalam uji lapangan/greenhouse, aplikasi mikoriza menurunkan insiden penyakit hingga ~50%.
  • Formulasi biokontrol ramah lingkungan: Para peneliti di institusi kebun sawit baru-baru ini mengembangkan formulasi Trichoderma + mikoriza dengan media pembawa seperti sekam atau kompos — yang ditujukan agar “bodyguard biologis” ini bisa hidup, berkembang, dan memberi proteksi jangka panjang.
  • Manajemen kebun / sanitasi & teknik tanam: Pemilihan sistem tanam dengan “lubang besar + sanitasi akar” serta pengangkatan tunggul/akar lama terbukti menurunkan intensitas infeksi.

Dengan pendekatan terpadu — sanitasi, biokontrol, manajemen tanam — risiko Ganoderma bisa dikurangi secara signifikan, meskipun tidak bisa sepenuhnya dieliminasi.

Rekomendasi Praktis untuk Pelaku Kebun Sawit

Jika kamu mengelola kebun (baik kebun tua maupun kebun tanam ulang), pertimbangkan hal-hal berikut:

  1. Cek riwayat lahan — apakah sebelumnya sawit, sisa akar/tunggul, atau tanah bekas tanaman sakit? Ini penting karena itu bisa jadi sumber Ganoderma.
  2. Gunakan biokontrol sejak bibit — aplikasikan mikoriza dan/atau Trichoderma dari fase nursery agar akar mendapat proteksi sejak dini.
  3. Sanitasi menyeluruh saat replanting — bersihkan tunggul & akar lama sampai bersih; gunakan lubang tanam besar jika perlu.
  4. Pantau kebun secara berkala — inspeksi pangkal batang untuk deteksi dini tubuh buah jamur atau tanda awal penyakit.
  5. Kombinasi teknik & biologi — jangan bergantung hanya pada satu metode; pendekatan terpadu cenderung lebih efektif.

Kesimpulan: Waspada tapi Bisa Dikelola

Riset terbaru memperlihatkan bahwa Ganoderma boninense tetap menjadi ancaman nyata bagi sawit — dari bibit sampai kebun tua. Namun dengan pemahaman ilmiah dan strategi pengelolaan proaktif, dampaknya bisa dikontrol.

Artinya: bukan hanya soal “tanam dan berharap”, tapi “tanam, pantau, proteksi, dan sanitasi” — agar kebun tetap sehat, produktif, dan berumur panjang.

Baca Juga
Posting Komentar